Sunday, 23 August 2015

MTTM Menyikapi Perihal Kotraversi Yang Sedang Ngetren Tentang Hukum Hormat Bendera Dalam Momen Momen Penting Kenegaraan


 Zayni Ghani @ 17 Agustus 2015 pukul 22:38
Assalamualaikum. Numpang tanya. Apa hukum dalam islam. Hormat mengangkat tangan pada bendera.
Atas jawabannya trimakash .

=========

JAWABAN:

Wa’alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

Bagaimanakah hukum hormat bendera dengan cara mengangkat tangan menurut perspektif Fiqh?

Dalam menanggapi pertanyaan yang telah disampaikan oleh sahabat fillah Zayni Ghani tersebut diatas, segenap anggota musyawirin MTTM memiliki pandangan sebagai berikut:

Imam Ibnu Qasim al-Ghazi didalam kitabnya (al Bajuri) menyatakan bahwa mencium dan mengusap kuburan adalah makruh, demikian juga peti yang diletakkan diatasnya (dan) juga mencium ambang pintu ketika masuk untuk berziyarah ke makam para wali, kecuali bertujuan mengharap berkah, maka hukumnya tidak makruh.

Imam Syamsuddin; Muhammad bin Abil Abbas; Ahmad bin Hamzah bin Syihabuddin al Ramli yang lebih populer dengan sebutan Imam Syafi’i kecil didalam kitabnya (Nihayah al Muhtaj) juga menyatakan bahwa kebiasaan yang berlaku dengan memberi penghormatan dengan cara menundukkan kepala dan membungkukkan badan yang tidak sampai pada batas minimal dikategorikan ruku’, maka hal itu tidak menyebabkan kufur bahkan tidak pula haram, tapi seyogyanya hal itu di makruhkan.

Imam Sulaiman bin ‘Amr bin Mansur al ‘Ajili al Azhari yang lebih dikenal dengan sebutan al Jamal menegaskan bahwa kesengajaan mengagungkan mahluk dengan ruku’ sebagaimana pengagungan terhadap Allah dengan melakukan hal yang sama (ruku’), maka tidak ada perbedaan diantara keduanya (sujud dan ruku’) mengenai hukum kufurnya. Ungkapan pengarang yang menyatakan “Jika bermaksud mengagungkan mahluk” secara implisit memberikan indikasi bahwa jika tidak bermaksud mengagungkan terhadap mahluk, maka hal itu tidak menyebabkan kufur bahkan tidak pula haram.

Kesimpulan:
Berdasar pemaparan tersebut diatas, maka hukum hormat bendera dengan mengangkat tangan (seperti yang telah kita ketahui) sebagaimana yang lakukan pada saat melaksanakan upacara dalam rangka merayakan hari kemerdekaan adalah boleh dan tidak menyebabkan kufur bahkan tidak pula haram. Wallahu a’lam bis shawab.


Dasar pengambilan (1) oleh al-Ustadz Brojol Gemblung:

ويكره تقبيل القبر واستلامه ومثله التابوت الذي يجعل فوقه وكذالك تقبيل الاعتاب عند الدخول لزيارة الاولياء الا ان قصد به التبرك بهم فلايكره . حاشية الباجوري على ابن قاسم . الجزء 1. صفحة 225

Dasar pengambilan (2) oleh al-Ustadz Ibnu Hasyim Alwi:

اما جرت به العادة من خفض الرأس والانحناء الى حد لايصل به الى اقل الركوع فلا كفر به ولا حرمة ايضا لكن ينبغي كراهته . نهاية المحتاج . الجزء 7. صفحة 71

Dasar pengambilan (3) oleh al-Ustadz Ibnu Malik:
                                                                                    
فَإِنْ قَصَدَ تَعْظِيمَ مَخْلُوقٍ بِالرُّكُوعِ كَمَا يُعَظِّمُ اللَّهَ بِهِ فَلَا فَرْقَ بَيْنَهُمَا فِي الْكُفْرِ حِينَئِذٍ اهـ شَرْحُ م ر وَقَوْلُهُ، فَإِنْ قَصَدَ تَعْظِيمَ مَخْلُوقٍ إلَخْ أَيْ فَلَوْ لَمْ يَقْصِدْ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ كُفْرًا بَلْ لَا يَكُونُ حَرَامًا أَيْضًا . حاشية الجمل على شرح المنهج = فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب . الجزء 5. صفحة 124.

Dasar pengambilan (4) oleh al-Ustadz Jojo Finger-looser ItmyLife:

( وسجود لمخلوق ) اختيارا من غير خوف ولو نبيا وإن أنكر الإستحقاق أو لم يطابق قلبه جوارحه لأن ظاهر حاله يكذبه وفي الروضة عن التهذيب من دخل دار الحرب فسجد لصنم أو تلفظ بكفر ثم ادعى إكراها فإن فعله في خلوته لم يقبل أو بين أيديهم وهو أسير قبل قوله أو تاجر فلا وخرج بالسجود الركوع لأن صورته تقع في العادة للمخلوق كثيرا بخلاف السجود  قال شيخنا نعم يظهر أن محل الفرق بينهما عند الإطلاق بخلاف ما لو قصد تعظيم مخلوق بالركوع كما يعظم الله تعالى به فإنه لا شك في الكفر حينئذ. فتح المعين . الجزء 4. صفحة  136.


Referensi:
1. Hasyiyah al Bajuri. I/ 225
2. Nihayah al Muhtaj. VII/ 71
3. Hasyiyah al Jamal. V/ 124
4. Fathul Mu’in. IV/ 136

=========

MUSYAWIRIN:
Member Group Majlis Ta'lim Tanah Merah (MTTM)

MUSHAHIH:
1. Al-Ustadz Tamam Reyadi
2. Al-Ustadz Wesqie Zidan Ardan
3. Al-Ustadz Abdul Malik
4. Al-Ustadz Ro Fie
5. Al-Ustadz Moh Ilhamudin
6. Al-Ustadz Imam Al-Bukhori
7. Al-Ustadz Ibnu Hasyim Alwi

PERUMUS Dan EDITOR: 
I. Al-Ustadz Ibnu Malik Hafidzahullah
II. Al-Ustadzah Naumy Syarif Hafidzahallah 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2016 Forum Silaturrahim Warga Negara Indonesia Riyadh All Right Reserved